Pandemic Corona vs Pandemic Pembelajaran
Terhitung mulai tanggal 15 Maret 2020, di Indonesia harus menghadapi situasi pandemi dikarenakan Virus Covid-19 begitupun dengan negara-negara lain di dunia. Pemerintah membuat kebijakan bahwa seluruh masyarakat diharuskan untuk melakukan social distancing atau pembatasan sosial, dan menyebabkan banyak fasilitas umum terpaksa ditutup. Selain itu, pemerintah juga mengharuskan masyarakat stay at home, work from home, school from home dan pray from home. Karena hal itu, sudah pasti sekolah tempat belajar dan tempat beraktivitas sehari-hari untuk para pelajar ikut terkena dampak. Ketika pertama kali mendengar berita itu seluruh pelajar kecewa, karena mereka harus stay at home dan tidak bisa belajar di sekolah secara efektif. Yang paling sedihnya adalah pasti ketika mereka tidak bisa berkumpul dan bercanda gurau dengan teman juga guru bersama secara langsung.
Di minggu pertama stay at home dan mengisolasi diri, kami (para murid) masih adem-adem aja hihihi berasa libur sekolah dan bebas dari pelajaran. Kemudian, muncullah kebijakan bahwa semua murid baik yang di sekolah ataupun universitas harus mengikuti pembelajaran jarak jauh.
“Belajar online gitu, Bu?? Pak??”
“Emang bisa ya? Pake apa kita belajarnya?”
“Duh Bu, Pak, kalau lagi ga ada kuota gimana??”
“Waah, gajadi bangun siang deh kalo gini ceritanya”
Begitulah reaksi murid-murid ketika mendapat informasi mereka harus belajar dari rumah. Pastinya, tidak hanya murid yang pusing, para guru juga ikut pusing karena harus menyiapkan bahan pembelajaran secara online, dan tentunya orang tua di rumah pun harus ikut ribet mengawasi pembelajaran dari rumah.
Mau tidak mau, dan siap tidak siap, dalam situasi seperti ini semuanya harus mengikuti kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Murid-murid juga harus mengikuti peraturan cara belajar yang diterapkan oleh sekolah masing-masing. Begitupun dengan sekolah kami di SMK Grafika Desa Putera yang menerapkan kebijakan ini kepada murid-muridnya. Para murid mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan baik. Walaupun, sudah pasti yaa ada saja biang kerok yang malas ikut. Haha di situlah tantangan untuk para gurunya agar menarik minat murid untuk belajar. PJJ dilakukan dengan aplikasi Google Classroom, Edmodo, dan beberapa kali melakukan aplikasi teleconference dengan seperti Zoom.Us dan Google Meeting.
Para murid banyak ngeluhnya pasti! “Buu, gak ngerti ini gimana sih caranya?” “Duh, Bu di hp filenya ga bisa dibuka” “Pak, banyak banget sih!”. Keluhan-keluhan ini datang karena tugas yang diberikan terkadang banyak dan sulit dipahami. Kebanyakan murid pasti lebih mudah memahami materi jika dijelaskan secara langsung. Selain itu, murid-murid mengeluh kepada para guru “Kalau kasih tugas yang gampang aja dong Pak/Bu! Kita kan yang dikerjain tugasnya bukan tugas sekolah doang ahahaha, tugas rumah numpuk juga nih!”. Lama kelamaan, murid pasti akan bosan dengan tugas banyak dan sulit dipahami, di rumah gak ada temen ngobrol, bercanda, dan disuksi tentang pelajaran. Belajar langsung disekolah aja susah, apalagi jarak jauh huhuhu. Murid-murid yang mengikuti PJJ juga merindukan ngumpul bersama teman-teman.
PJJ ini membuat banyak cerita suka maupun duka, semua murid berharap cepat-cepat masuk sekolah karena sudah tidak tahan dengan tugas yang banyak! Bapak Ibu Guru pasti juga merasakan hal yang sama. Supaya cepat masuk sekolah dan bertemu warga sekolah, yuk kita tetap dirumah aja yaa, jaga kesehatan selalu! Sampai ketemu disekolah dan kita bersama melepas rindu.
Skolastika Puan
Hotmaida Nainggolan
Leave a Comment